Advertisement

Klasifikasi gerak masa batuan ( Mass Wasting)

Klasifikasi mass wasting:
  1. Slow flowage (gerakan lambat)
Gerakan lambat meliputi rayapan dan solifluksi. Rayapan (creep) adalah pemindahan massa batuan yang lambat hingga tidak mudah diamati.
Menurut bahan yang dipindahkan dan cara pemindahannya masih dapat
diklasifikasikan lagi menjadi:
● Rayapan tanah (soil creep):
Yaitu gerakan massa tanah/batuan secara lambat ( <1cm/th ) menuruni lereng, sebagai akibat gravitasi. Akibat dari adanya rayapan ini tidak jelas hanya saja pada tiang telepon, tiang listrik, pohon-pohon menjadi miring/agak miring. Lahan seperti ini tidak baik untuk dijadikan lahan persawahan ataupun untuk permukiman.


● Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus creep),
Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus creep),pada prinsipnya sama dengan soil creep, hanya bahannya saja yang berbeda. Gejala ini banyak terjadi pada daerah-daerah yang mengalami pergantian antara pembekuan dan pencairan kembali.


● Rayapan batu (rock creep):
Apabila bahan-bahan yang bergerak berupa bongkah-bongkah besar dengan gerakannya yang perlahan-lahan.

● Rayapan lawina batuan (rock glacier creep):
Dilihat dari segi bahannya sama dengan rock creep. Perbedaannya adalah bahwa pada rayapan lawina, batuan tampak seperti anak-anak sungai (bercabang-cabang yang menggerakan massa batuan tersebut menuruni lereng).

● Solifluksi, yaitu pengaliran massa batuan yang jenuh akan air. Hal ini terjadi terutama di daerah dingin (daerah lintang tinggi dan di daerah pegunungan tinggi). Oleh karena itu, jelaslah bahwa dalam proses ini terdapat kadar air yang tinggi, namun demikian air dalam hal ini tidak menjadi faktor pengangkut. Ada beberapa faktor yang mendorong untuk terjadinya solifluksi, yaitu:
· Proses pelapukan berlangsung cepat
· Adanya persediaan air yang cukup, biasanya dari pencairan salju
· Adanya lereng yang curam dan tidak bervegetasi

  1. Rapid flowage (gerakan cepat),
Pemindahan cepat ini disebabkan oleh adanya kadar air yang lebih tinggi, sehingga batuan/tanah yang bergerak itu jenuh. Oleh karena itu, diperoleh kesan bahwa batuan itu mengalir. Pemindahan secara cepat ini meliputi:
Aliran tanah (Earth flow)
Adalah aliran massa batuan yang jenuh air menuruni lereng. Gerakan/ aliran ini dibedakan sebagai berikut:
  1. Earth Flow murni, alirannya sejajar permukaan.
  2. Gabungan earth flow dan mendatar (slumping, kadang-kadang alirannya intermittent dan mengalami rotasi ke belakang (back ward rotation)


● Aliran lumpur (Mud flow)
yaitu aliran hancuran batuan halus yang bercampur dengan air melalui lembah-lembah, terjadi didaerah iklim kering.
Penyebabnya adalah:
  1. Material tidak kompak, melicin jika basah.
  2. Berada di lereng terjal.
  3. Ada air yang bergerak.
  4. Vegetasi jarang.
● Lawina hasil rombakan (Debris avalanche)
yaitu aliran hancuran batuan halus yang bercampur dengan air melalui lembah-lembah, terjadi didaerah iklim kering.

  1. Very rapid flowage (gerakan sangat cepat), gerakan ini didominasi pengaruh gravitasi.Gerakan ini meliputi slumping, debris slide, rock slide, debris fall, dan rock fall.
slumping (nendatan) adalah merupakan gerakan massa tanah atau batuan secara terputus-putus dan hanya menempuh jarak dengan memperlihatkan gerak berputar ke belakang, hingga tampak pada permukaannya seperti yang disesar naikan. Seringkali tanah nedat itu merupakan suatu rangkaian, sehingga tampak berteras-teras kecil. Penyebab slumping yang terpenting adalah pengirisan di bawah lereng oleh sungai, gelombang atau secara antropogenis.

Debris slide merupakan lahan longsor yang biasa, tidak terjadi gerakan ke belakang melainkan batuan itu berguling-guling atau meluncur ke bawah. Kadar airnya rendah. Jika kadar airnya tinggi akan terjadi debris avalanhce.

Rock Slide, adalah gerakan batuan meluncur diatas bidang batas lapisan atau bidang retakan yang miring.
 The Park Service released several photos of the rock slide, and this is the best one. Photo taken on June 4, 2006.  This slide keeps getting bigger and bigger.
Debris fall. Kalau lereng tempat bahan bahan rombakan itu bergerak sangat curam, maka gerak bahan rombakan bongkah batuan bukan meluncur tetapi jatuh. Dengan demikian gejala iti tidak dinamakan lahan longsor, melainkan dinamakan jatuhan bahan rombakan (debris fall).
Complex debris fall at Port Noffer (summer 2008).

rock fall. Apabila lereng tgak lurus, maka yang terjadi adalah rock fall.
Rock fall and collapse, Villians of Ure. Slope instability relates to the presence of a weak band of clay and broken rocks that rests on the surface of the thick, lower lava flow and renders the upper, thin lava flows unstable.

  1. Terban/ amblesan (subsidence), gerakan massa batuan tipe ini adalah ke bawah atau vertikal tanpa disertai gerakan mendatar/horisontal. Hal ini dapat terjadi apabila atap goa bawah tanah runtuh, ketika tidak kuat menahan lapisan batuan yang ada di bagian atas goa. Subsidence juga bisa terjadi karena adanya tenaga tektonik yang dapat menimbulkan patahan ada kulit, sehingga terjadi patahan. Patahan tersebut ambles ke bawah dan dapat berupa slenk.

3. Erosi
Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara lain sifat hujan, kemiringan lereng dari jaringan aliran air, tanaman penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:
  1. Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur, kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta besarnya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelembaban dan penyinaran matahari terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar investasi tanah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah.
  2. Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran permukaan, sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin curamnya lereng.
  3. Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi. Kaitannya jenis tumbuhan, aliran permukaan dan jumlah erosi adalah seperti dalam Tabel berikut:
No.
Jenis tanah
Jenis Tumbuhan
Aliran permukaan
(% terhadap CH)
Erosi (ton/ha/th)
1.
Podsolik merah kuning
(lereng 15%)
Alang-alang
3,3
0,7
Alang-alang +semak
0,5
0,7
Albazia +semak campuran
5,8
0,7
Alabazia tanpa semak (umur 3 th)
71,4
79,8
2.
Latosol (lereng 35%)
Rumput utuh
4,4
0,2
Rumput diinjak-injak
17,2
1,0
Fiscus allastica
21,4
43,1
Fiscus allastica + semak-semak
2,0
0
3.
Regosol (lereng 30%,
19%, 30%, 21%)
Alag-alang, jagung, kacang tanah
11,9
345,0
Alang-alang + gelagah
5,0
3,5
Semak lantana
2,1
5,1
Alang-alang dibakar 1 x
5,0
7,3
Sumber: Arsyad (1989)
  1. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan struktur tanah.
  2. Manusia. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi tergantung bagaimana manusia mengelolanya.

Setiap proses erosi merupakan gabungan dari beberapa subproses, yaitu dimulai dengan pengambilan hasil pelapukan yang terangkut juga sebagai alat pengikis. Butir-butiran batuan secara bersama-sama dalam pengangkutan, saling bersinggungan dan saling bergesekan satu sama lain. Cara pengangkutan terhadap bahan terjadi berbeda-beda: ada yang terapung di permukaan, digulingkan, digeser dan sebagainya.
Untuk itu, dalam memperjelas bagaimana hubungan dari antar proses disajikan dalam Tabel berikut:

Pelaku erosi
Proses pengambilan
Bahan lepas
Proses pengikisan oleh bahan yang diangkut
Proses saling mengikis
antara bahan yang diangkut
Cara pengangkutan
Air mengalir
Hydrolic action
atau fluviraption
Corrasion atau
abrasion dan
corrosion
Attrition
Flotation, Solution
Suspension, Salta-tion,
Traction
Gelombang
dan arus
laut/ danau
Hydrolic action
Corrasion atau
abrasion dan
corrosion
Attrition
Flotation,Solution
Suspension
Saltation, Traction
Air tanah
-
corrosion
-
Solution
Angin
Deflation
Corrasion dan
abrasion
Attrition
Suspension
Saltation, Traction
Gletser
Scouring
Plucking
Corrasion/ abrasion
dan gouging
Attrition
Suspension
Traction
Sumber: Adiwikarta & Akub, 1977

Penjelasan terhadap istilah-istilah yang ada dalam Tabel diatas, adalah sebagai berikut:
Hydraulic action atau fluviraption adalah pengambilan bahan lepas oleh air mengalir, oleh gelombang dan arus laut. Kalau pengambilan itu dilakukan oleh angin dinamakan deflation (deflasi), sedangkan kalau dilakukan oleh gletser dinamakan scouring. Dengan sendirinya air tanah tidak mengambil bahan lepas.
Plucking adalah lepasnya batuan oleh gletser akibat dari pembekuan pada celah-celah batuan yang dilampaui gletser, sedangkan sapping sama dengan plucking, tetapiditujukan kepada dasar lembah.
Corrasion (korasi) atau abrasion (abrasi) adalah lepasnya butiran-butiran batuan dari batuan induknya disebabkan oleh tumbukan atau gesekan batuan lain yang sedang dalam pengangkutan.
Corrosion (korosi) adalah lepasanya butiran-butiran batuan oleh proses pelarutan. Mudah dipahami bawa angin tidak dapat melarutkan.
Gouging adalah pembuatan cekungan pada permukaan batuan oleh pengerjaan gletser.
Attrition (atrisi) adalah peristiwa saling bergesekan dan saling bertumbukan antara butiran-butiran batuan yang bersama-sama dalam pengangkutan, sehingga butiran-butiran itu makin lama makin kecil.
Flotation adalah cara pengangkutan diatas permukaan tenaga pengangkutnya (terapung). Dari kelima pelaku erosi hanya air mengalir (sungai) dan air laut/danaulah yang dapat mengangkut dengan cara ini.
Solution (larutan) berarti benda yang diangkut itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tenaga/zat pengangkut. Cara ini berlaku untuk butiran-butiran yang halus ringan, seperti abu di dalam udara atau lanau dalam air. Cara ini disebabkan oleh turbulensi dari tenaga pengangkut.
Saltation berarti cara pengangkutan yang menyebabkan bahan yang pengangkut itu melompat-lompat pada dasar tempat tenaga pengangkut bergerak.
Traction adalah cara pengangkutan dengan jalan digulingkan/ digelundungkan atau digeser-geser pada dasar tempat tenaga pengangkut bergerak.
Share on : Twitter | Facebook | Google +
Artikel Hangat Lainnya:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Total Pageviews

Blog Archive

Powered by Blogger.